September 12, 2011

Pengawasan Kinerja Pegawai


Dalam ilmu manajemen sumber daya manusia, salah satu komponen yang diperlukan dalam mendukung pencapaian tujuan organisasi dalah penilaian kinerja pegawai. Menjadi sebuah keniscayaan akan diperlukannya penilaian kinerja terhadap upaya pencapaian tujuan organisasi. Kinerja yang terukur akan memudahkan pimpinan dalam melakukan evaluasi terhadap pencapaian-pencapaian yang telah diraih serta dapat dengan mudah menemukan kelemahan-kelemahan yang perlu segara diambil tindakan perbaikan.

Di luar penilaian kinerja, menurut saya ada satu komponen yang tidak kalah penting bahkan inilah yang disebut ‘kinerja’ yang sebenarnya, yaitu pengawasan kinerja. Penilaian kinerja biasanya hanya dilakukan semesteran atau paling cepat penilaian bulanan, bahkan untuk Pegawai Negeri Sipil hanya dilakukan satu tahun sekali melalui penerbitan DP-3 (daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan). Sedangkan pengawasan kinerja berlaku sepanjang waktu, tidak mengenal periode pengawasan.

Pengawasan yang paling efektif tentu saja pengawasan melalui keimanan, bahwa setiap yang kita kerjakan akan ada yang selalu mengawasi yaitu Allah SWT. Tidak ada pengawasan yang lebih efektif dibanding dengan pengawasan secara langsung dari Sang Maha Pencipta kita semua.

Dalam tatanan organisasi modern, pengawasan kinerja secara formal dapat dilakukan salah satunya dengan buku produksi. Instrumen ini akan memberikan laporan harian mengenai apa yang dikerjakan pegawai pada hari tersebut. Namun setiap aturan yang dibuat oleh manusia selalu saja ada kelemahannya. Bagaimana bila tidak ada produk yang harus diproduksi? Apakah berarti pegawai berkinerja buruk?

Jadi menurut hemat saya, tidak perlu pengawasan-pengawasan bersifat formal yang berlebihan. Cukup dengan memenej distribusi produksi yang merata dan kontinyu kepada setiap pegawai. Dengan demikian, dengan sendirinya pegawai akan selalu menghasilkan produk tanpa ada kapasitas yang menganggur atau idle capacity. Bahkan tidak diperlukan absensi sampai 3-4 kali sehari untuk mengawasi keberadaan pegawai. Dengan pegawai mendapatkan distribusi pekerjaan yang memadai maka pegawai akan hadir tanpa ada keterpaksaan hanya karena absensi. Saya lebih sependapat tentang teori positif, bahwa setiap orang punya itikad baik, pada dasarnya baik, atau pada bahasa lainnya selalui berhusnuzon, berprasangka baik. Lingkungan lah yang akan memproses kepribadiannya, lingkungan lah yang akan mencetak moralnya. Sebagai pimpinan semestinya pun berinstropeksi, tidak hanya menyalahkan staf atas kinerja buruk organisasi/perusahaan, apakah sebagai pemimpin telah memberikan teladan yang baik, dan apakah telah melakukan distribusi pekerjaan dengan baik?

No comments: