September 15, 2011

Andaikan Si Raja Tidur ada di Negeriku


Si Raja Tidur seorang tokoh dalam novel karangan Tere Liye –Ayahku (Bukan) Pembohong–, sangat berbeda dari julukan si tokoh ini sebagai raja tidur. Dalam novel tersebut tokoh ini digambarkan sebagai seorang hakim yang sangat mumpuni keilmuannya, bukan hanya penguasaan masalah di bidang hukum tetapi juga mempunyai keahlian di berbagai disiplin ilmu –dalam novel disebut menguasai 8 cabang keilmuan– termasuk keahlian sebagai seorang dokter ahli forensik. Sebagai seorang hakim, Si Raja Tidur memiliki naluri, integritas dan kearifan yang luar biasa sehingga setiap keputusan yang dihasilkan merupakan sebuah keputusan yang sangat adil dan sulit bahkan tak terbantahkan.

Mental dan integritas Si Raja Tidur diuji ketika menangani perkara besar, kasus pembunuhan yang melibatkan pejabat tinggi negara, tidak tanggung-tanggung yang dijadikan tersangka adalah seorang Presiden, Kepala Negara!. Awalnya kebobrokan para aparat kejaksaan dan kepolisian telah mengelabui persidangan dengan menghadirkan tersangka gadungan dan dengan keterangan-keterangan yang tentunya palsu. Tetapi berkat kejernihan berfikir dan keluasan ilmu yang dimiliki oleh Si Raja Tidur maka kebohongan tersebut mampu diungkap dan sang hakim mampu dan berani menyeret tokoh utama dalam kasus pembunuhan tersebut yang tidak lain adalah sang presiden. Si Raja Tidur tak gentar menghadapi segala ancaman dan tekanan bahkan sampai istri dan kedua anaknya dibunuh, Si Raja Tidur tak bergeming dari keputusannya.

Andaikan Si Raja Tidur ada di Negeriku.... Seorang hakim yang memiliki nurani, integritas dan keilmuan yang luas. Seorang hakim yang kebal terhadap suap, kebal terhadap tekanan, tak bergeming walau apapun yang terjadi demi terwujudnya keadilan. Hakim adalah tempat mencari keadilan di dunia ini, kemana lagi akan dicari bila para hakim berani menjual keadilan?

Kasus-kasus besar yang terjadi di negeri ini banyak yang terrendus melibatkan para pejabat-pejabat negara dari mulai menteri, anggota parlemen, gubernur, bupati, walikota dan pejabat-pejabat eselon di bawahnya, atau bahkan Sang Presiden? tidak terrungkap atau sengaja tidak diungkap?. Di luar sana, saya yakin hakim-hakim di negeri ini masih ada yang  memiliki nurani dan integritas seperti Si Raja Tidur, namun berapa banyak? Negeri ini terlalu banyak intrik politik, orang jujur berintegritas dan punya kompetensi yang baik bisa dengan mudah dikalahkan oleh sebuah proses politik. Ini salah satu kelemahan demokrasi, pemenang adalah suara terbanyak. Bagaimana mungkin kejujuran bisa menang bila kejahatan memiliki suara mayoritas?

No comments: