September 12, 2011

Dinar, Bukan Sekedar Proteksi Dan Investasi


Saya mengenal –mungkin lebih tepat hanya mendengar- istilah mata uang dinar dan dirham sudah sejak lama, ga tau kapan pastinya. Tetapi benar-benar mengenal dan mempelajari belum lama ini atau sekitar awal tahun 2011. Konsep mata uang yang menggunakan emas (untuk dinar) dan perak (untuk dirham) sebagai patokan nilainya ini telah sangat lama dikenal sebagai alat tukar dalam perdagangan.

Dinar dan dirham telah digunakan oleh masyarakat muslim sejak zaman Rasulullah SAW hingga tumbangnya kekhalifahan Turki Utsmaniyah pada tahun 1924. Sebelum islam datang, emas dan perak telah digunakan oleh bangsa Persia, Romawi, Yunani, Mesir Kuno, Nabataens dan Tubba (Yaman). Spesifikasi dinar emas adalah emas 22 karat dengan berat 4,25 gram sedangkan dirham adalah perak murni dengan berat 2,975 gram. Produksi dinar-dirham di Indonesia antara lain dilakukan oleh Divisi Logam Mulia PT. Aneka Tambang dan PERURI.

Di awal ketertarikan saya terhadap dinar ini adalah sebagai sarana proteksi nilai uang, kemudian dipikir-pikir, diitung-itung bagus juga buat sarana investasi. Melihat fakta tren nilai dinar terhadap uang kertas yang hampir tidak pernah turun dari tahun ke tahun, menjadi sebuah bukti bahwa dinar merupakan instrumen proteksi dan investasi yang sangat bisa diandalkan. Sebelum ber’investasi’ di mata uang dinar ini, saya punya sedikit pengalaman berinvestasi di perusahaan asuransi dengan konsep ­link yang sebagian dari dana premi diinvestasikan pada sektor derivatif seperti saham.

Fluktuasi nilai saham seperti kita lihat belakangan ini menjadi bukti nyata betapa rapuhnya arsitektur keuangan global yang banyak mengandalkan produk derivatif dan sama sekali tidak terkait dengan sektor riil. Nilai uang kertas atau fiat money semakin lama akan semakin tergerus karena memang tidak didukung oleh instrumen yang nyata, hanya pemaksaan nilai dari sebuah regulasi.

Dinar emas telah terbukti selama berabad-abad sebagai mata uang yang andal, yang akan tetap terjaga nilainya. 1 dinar di zaman Rasulullah SAW bisa untuk membeli seekor kambing, bagaimana dengan sekarang, sekitar 14 abad kemudian? sama! 1 dinar bisa untuk membeli seekor kambing bahkan masih ada lebih, kurs dinar per hari ini saja mencapai Rp. 2.207.564 per 1 dinar.

Sebagai umat islam, kepemilikan dinar ternyata tidak boleh terhenti hanya pada sarana untuk proteksi dan investasi saja. Lebih dari itu, dinar adalah sarana dakwah dan sarana pembentukan ekonomi syariah yang sebenarnya. Tanpa mata uang yang bebas dari fluktuasi dan unsur riba maka ekonomi syariah hanya lah jargon-jargon yang belum terrealisasi dengan sempurna. Dalam sebuah tulisannya, Prof. Umar Ibrahim Vadillo, penggagas dan pimpinan World Islamic Trade Organization (WITO) menguak mengenai fenomena menjamurnya bank islam atau yang populer dengan sebutan bank syariah. Beliau memaparkan, benarkah bank-bank islam tersebut memang islami atau hanya sekedar kosmetik saja agar diterima oleh umat islam? Beliau mengatakan bahwa pada setiap kali bank meminjamkan sejumlah uang pada periode tertentu, pinjaman tersebut akan mengalami devaluasi dalam setiap periode peminjaman, hal ini sama dengan tipuan riba! Fakta ini ini menumbangkan validitas bebas bunga yang dianut oleh bak islam karena menggunakan uang kertas yang tidak memiliki nilai yang stabil.

Jadi salah satu syarat terbetuknya ekonomi syariah yang sebenarnya adalah penggunaan mata uang yang stabil, yaitu penggunaan dinar emas – dirham perak. Oleh karena itu dukungan segenap umat islam akan terbentuknya ekonomi yang bersandarkan nilai-nilai islam adalah turut serta dalam mempopulerkan dinar-dirham sebagai mata uang pilihan. Dalam lingkup kecil yang dapat kita lakukan adalah mengkonversi uang-uang kita ke dalam mata uang tersebut. Pada suatu saat nanti kita berharap, dengan penggunaan yang semakin meluas akan semakin mempermudah mewujudkan tatanan perekonomian dunia khususnya di Indonesia yang bersandarkan pada nilai-nilai syariah.

bacaan:
eramuslimdigest edisi koleksi 8.

2 comments:

Anonymous said...

sip lah, saya dukung!

Kumpulan-Artikel-Bisnis said...

oke, dinar emang ga ada matinye..... :2thumbs