September 23, 2007

Manusia Bahagia Bila...

Manusia bahagia bila ia bisa membuka mata. Untuk menyadari bahwa ia memiliki banyak hal yang berarti. Manusia bisa bahagia bila ia mau membuka mata hati. Untuk menyadari, betapa ia dicintai. Manusia bisa bahagia, bila ia mau membuka diri. Agar orang lain bisa mencintainya dengan tulus.
Manusia tidak bahagia karena tidak mau membuka hati, berusaha meraih yang tidak dapat diraih, memaksa untuk mendapatkan segala yang diinginkan, tidak mau menerima dan mensyukuri yang ada. Manusia buta karena egois dan hanya memikirkan diri, tidak sadar bahwa ia begitu dicintai, tidak sadar bahwa saat ini, apa yang ada adalah baik, selalu berusaha meraih lebih, dan tidak mau sadar karena serakah.
Ada teman yang begitu mencintai, namun tidak diindahkan, karena memilih, menilai dan menghakimi sendiri. Memilih teman dan mencari-cari, padahal di depan mata ada teman yang sejati. Telah memiliki segala yang terbaik, namun serakah, ingin dirinya yang paling diperhatikan, paling disayang, selalu menjadi pusat perhatian, selalu dinomorsatukan. Padahal, semua manusia memiliki peranan, hebat dan nomor satu dalam satu hal, belum tentu dalam hal lain, dicintai oleh satu orang belum tentu oleh orang lain.
Kebahagiaan bersumber dari dalam diri kita sendiri. Jikalau berharap dari orang lain, maka bersiaplah untuk ditinggalkan, bersiaplah untuk dikhianati. Kita akan bahagia bila kita bisa menerima diri apa adanya, mencintai dan menghargai diri sendiri, mau mencintai orang lain, dan mau menerima orang lain.
Percayalah kepada Tuhan, dan bersyukurlah kepada-Nya, bahwa kita selalu diberikan yang terbaik sesuai usaha kita, tak perlu berkeras hati. Ia akan memberi kita di saat yang tepat apa yang kita butuhkan, meskipun bukan hari ini, masih ada esok hari. Berusaha dan bahagialah karena kita dicintai begitu banyak orang.
Sumber: anonim

September 15, 2007

Bersyukurlah

Aku Tak Selalu Mendapatkan apa yang kusukai, Oleh karena itu aku selalu menyukai apapun yang aku dapatkan.

Kata-kata diatas merupakan wujud syukur. Syukur merupakan kualitas hati yang terpenting. Dengan bersyukur kita akan senantiasa diliputi rasa damai, tentram dan bahagia. Sebaliknya, perasaan tak bersyukur akan senantiasa membebani kita. Kita akan selalu merasa kurang dan tak bahagia.

Ada dua hal yang sering membuat kita tak bersyukur.
Pertama : Kita sering memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita miliki. Katakanlah anda telah memiliki sebuah rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan yang terbaik. Tapi anda masih merasa kurang. Pikiran anda dipenuhi berbagai target dan keinginan. Anda begitu terobsesi oleh rumah yang besar dan indah, mobil mewah, serta pekerjaan yang mendatangkan lebih banyak uang. Kita ingin ini dan itu. Bila tak mendapatkannya kita terus memikirkannya. Tapi anehnya, walaupun sudah mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan sesaat. Kita tetap tak puas, kita ingin yang lebih lagi. Jadi, betapapun banyaknya harta yang kita miliki, kita tak pernah menjadi "KAYA" dalam arti yang sesungguhnya.

Mari kita luruskan pengertian kita mengenai orang ''kaya''. Orang yang "kaya" bukanlah orang yang memiliki banyak hal, tetapi orang yang dapat menikmati apapun yang mereka miliki.

Tentunya boleh-boleh saja kita memiliki keinginan, tapi kita perlu menyadari bahwa inilah akar perasaan tak tenteram. Kita dapat mengubah perasaan ini dengan berfokus pada apa yang sudah kita miliki. Cobalah lihat keadaan di sekeliling Anda, pikirkan yang Anda miliki, dan syukurilah. Anda akan merasakan nikmatnya hidup. Pusatkanlah perhatian Anda pada sifat-sifat baik atasan, pasangan, dan orang-orang di sekitar Anda. Mereka akan menjadi lebih menyenangkan. Seorang pengarang pernah mengatakan, ''Menikahlah dengan orang yang Anda cintai, setelah itu cintailah orang yang Anda nikahi.'' Ini perwujudan rasa syukur. Ada cerita menarik mengenai seorang kakek yang mengeluh karena tak dapat membeli sepatu, padahal sepatunya sudah lama rusak. Suatu sore ia melihat seseorang yang tak mempunyai kaki, tapi tetap ceria. Saat itu juga si kakek berhenti mengeluh dan mulai bersyukur.

Kedua : yang sering membuat kita tak bersyukur adalah kecenderungan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita merasa orang lain lebih beruntung. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, dan lebih kaya dari kita. Rumput tetangga memang sering kelihatan lebih hijau dari rumput di pekarangan sendiri. Ada cerita menarik mengenai dua pasien rumah sakit jiwa. Pasien pertama sedang duduk termenung sambil menggumam, "Lulu, Lulu". Seorang pengunjung yang keheranan menanyakan masalah yang dihadapi orang ini. Si dokter menjawab, "Orang ini jadi gila setelah cintanya ditolak oleh Lulu". Si pengunjung manggut-manggut, tapi begitu lewat sel lain ia terkejut melihat penghuninya terus menerus memukulkan kepalanya di tembok dan berteriak, "Lulu, Lulu". "Orang ini juga punya masalah dengan Lulu ?" tanyanya keheranan. Dokter kemudian menjawab, "Ya, dialah yang akhirnya menikah dengan Lulu".

Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita miliki. Karena itu bersyukur merupakan kualitas hati yang tertinggi.

Saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan cerita mengenai seorang ibu yang sedang terapung di laut karena kapalnya karam, namun tetap berbahagia. Ketika ditanya kenapa demikian, ia menjawab, "Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup ditanah seberang. Kalau berhasil selamat, saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya. Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga".

Bersyukurlah!
Bersyukurlah bahwa kamu belum siap memiliki segala sesuatu yang kamu inginkan. Seandainya sudah, apalagi yang harus diinginkan ? Bersyukurlah apabila kamu tidak tahu sesuatu. Karena itu memberimu kesempatan untuk belajar. Bersyukurlah untuk masa-masa sulit. Di masa itulah kamu tumbuh. Bersyukurlah untuk keterbatasanmu. Karena itu memberimu kesempatan untuk berkembang. Bersyukurlah untuk setiap tantangan baru. Karena itu akan membangun kekuatan dan karaktermu. Bersyukurlah untuk kesalahan yang kamu buat. Itu akan mengajarkan pelajaran yang berharga. Bersyukurlah bila kamu lelah dan letih. Karena itu kamu telah membuat suatu perbedaan.

Mungkin mudah untuk kita bersyukur akan hal-hal yang baik. Hidup yang berkelimpahan datang pada mereka yang juga bersyukur akan masa surut. Rasa syukur dapat mengubah hal yang negatif menjadi positif. Temukan cara bersyukur akan masalah-masalahmu dan semua itu akan menjadi berkah bagimu.

Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)



September 6, 2007

Rencana Tuhan Pasti Indah

Ngantuk, cape, lelah sepulang kantor hari ini, ditambah lagi SK Penempatan yang belum menemui kabarnya, menjadikan inbox hp penuh dengan pertanyaan yang sama : kapan penempatan! fiuhhh...jadi serba salah ngejawabnya, memang bener2 belum bisa dipastikan kapan, bahkan bolak-balik tanya ke berbagai sumber termasuk ke Subbag Mutasi, jawabannya sama : proses sdh berjalan dan sebentar lagi bisa dipublikasi. Tapi ternyata semakin berlarut-larut, ada apa gerangan? Mohon maaf ya…. temen2 yang sms-nya tidak dijawab, bukannya ga mau ngejawab, atau ga punya pulsa, hanya saja info yang ada masih sangat terbatas dan belum bisa memberikan jawaban yang memuaskan. Makanya besok TPP mau menemui Kabag Kepegawaian untuk menanyakan masalah ini termasuk juga urusan SPMT untuk pencairan gaji, mudah2an mendapatkan pencerahan. Saya-pun faham sepenuhnya masalah-masalah yang dihadapi tmn2 akuntansi-djp, ada yg bermasalah dg kos2an, masalah mau pesen tiket mudik, masalah di tempat magang yang mulai kurang kondusif, masalah, masalah, dan masalah yang diharapkan dengan keluarnya SK Penempatan dapat sedikit memperingan masalah tersebut. Meski sebenarnya menurut saya, kondisi ini masih lebih baik.
Mungkin kita perlu untuk ber-instrospeksi diri, apa yang telah kita lakukan, apakah hal yang telah kita lakukan sudah mendukung proses atau malah justru kontraproduktif dengan proses. Barangkali ada sesuatu tindakan yang tanpa kita sadarai telah melukai hati dan perasaan rekan-rekan di kantor tempat magang, atau bisa jadi benar teguran-teguran dari para pejabat terkait yang pernah disampaikan TPP berpengaruh terhadap proses yang kita jalani. Dari Subbag Gaji, malah memerintahkan masalah rapelan diurus sendiri padahal tahun sebelumnya tidak demikian, dari Subbag Mutasi, penempatan berlarut-larut. Wallahu’alam!, saya sedang tidak menyalahkan siapapun, tapi saya mengajak untuk sama2 instropseksi diri kita, ini bagian dari proses yang harus dijalani. Kadang memang EGO kita selalu keluar dan mendahului akal dan nurani kita. Mestinya saya dan teman2 lebih menyadari bahwa pegawai djp yg diurus kantor pusat bukan cuma 1, 2, atau 200 orang, tapi ada sekitar 30.000 pegawai, kita hanyalah bagian kecil darinya, maka masalah kos2an, pesen tiket mudik, dsb itu semua urusan pribadi, dan sangat jauh dari lingkaran kebijakan. Jangan terbalik, kebijakan yang menyesuaikan dengan keinginan kita, tapi kita-lah yang harus bisa menyesuaikan dengan kebijakan dan peraturan yang ada. Karena ternyata untuk masalah harapan dan keinginan manusia tidak akan pernah ada habisnya untuk diikuti. Kalo masalah dengan kos2an, apakah mau diperpanjang, atau bahkan nyari kos baru, saya pikir tidak ada salahnya sedikit berkorban, kalopun sudah terlanjur nyari kos tapi ternyata pengumuman penempatan keluar, ya...gpp minimal bisa buat nitip barang. Saya aja telah memperpanjang kos dari mulai lulus sampai sekarang sudah menginjak bulan ketiga belas. Berpikir ringan dan menyikapi masalah dengan bijak, ingat! Kita harus lebih besar dari masalah yang kita hadapi, jangan mau dikalahkan oleh masalah. Dan setiap masalah pasti ada solusi, yang jadi masalah justru sikap kita terhadap masalah itu sendiri…. Halah…, kok jadi muter-muter gini, iya emang dasar mata udah ngantuk!
Sebenernya pgn tidur lbh awal, tapi masih sore, jam digital di pojok layar laptopku baru menunjuk angka 20:50. Laptop yang sangat setia menemani, dengan diiringi musik instrumental dari kitaro, kembali saya buka [tppakun06 online] yang pada hari ini sepertinya teman2 mencapai kejenuhan yang semakin menjadi shg postingan di shoutbox-pun jadi semakin ga jelas. Pas browsing artikel yang tersimpan di harddisk (yang cukup banyak dari berbagai sumber, bahkan sampai sekarang saya belum tau isi harddisk secara keseluruhan, tentu saja ini akibat hobi copy and paste dari file2 yg mampir) menemukan artikel yang cukup menarik, yang ingin saya bagi dengan anda, barangkali belum pernah membacanya, kalo sudah pernah ya gpp, sekedar untuk menepuk punggung saja…
Ketika aku masih kecil, waktu itu ibuku sedang menyulam sehelai kain. Aku yang sedang bermain di lantai, melihat ke atas dan bertanya, apa yang ia lakukan. Ia menerangkan bahwa ia sedang menyulam sesuatu di atas sehelai kain. Tetapi aku memberitahu kepadanya, bahwa yang kulihat dari bawah adalah benang ruwet. Ibu dengan tersenyum memandangiku dan berkata dengan lembut: "Anakku, lanjutkanlah permainanmu, sementara ibu menyelesaikan sulaman ini; nanti setelah selesai, kamu akan kupanggil dan kududukkan di atas pangkuan ibu dan kamu dapat melihat sulaman ini dari atas. "Aku heran, mengapa ibu menggunakan benang hitam dan putih, begitu semrawut menurut pandanganku. Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara ibu memanggil; " anakku, mari kesini, dan duduklah di pangkuan ibu. "
Waktu aku lakukan itu, aku heran dan kagum melihat bunga-bunga yang indah, dengan latar belakang pemandangan matahari yang sedang terbit, sungguh indah sekali. Aku hampir tidak percaya melihatnya, karena dari bawah yang aku lihat hanyalah benang-benang yang ruwet. Kemudian ibu berkata: "Anakku, dari bawah memang nampak ruwet dan kacau, tetapi engkau tidak menyadari bahwa di atas kain ini sudah ada gambar yang direncanakan, sebuah pola, ibu hanya mengikutinya. Sekarang, dengan melihatnya dari atas kamu dapat melihat keindahan dari apa yang ibu lakukan. Sering selama bertahun-tahun, aku melihat ke atas dan bertanya kepada Allah; "Allah, apa yang Engkau lakukan? "Ia menjawab: "Aku sedang menyulam kehidupanmu. "Dan aku membantah," Tetapi nampaknya hidup ini ruwet, benang-benangnya banyak yang hitam, mengapa tidak semuanya memakai warna yang cerah?" Kemudian Allah menjawab, "Hambaku, kamu teruskan pekerjaanmu, dan Aku juga menyelesaikan pekerjaanKu di bumi ini. Satu saat nanti Aku akan memanggilmu ke sorga dan mendudukkan kamu di pangkuanKu, dan kamu akan melihat rencanaKu yang indah dari sisiKu."
Jika Allah memang belum mengabulkan apa yang kita harapkan, hiburlah diri dengan prasangka tinggi bahwa semakin Allah menunda insya Allah semakin baik kualitas yang akan Allah berikan suatu saat nanti karena Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan kesabaran hamba-Nya. Kalaupun belum mampu memberikan solusi, menjaga perasaan dan memiliki kepekaan kepada sesama adalah hal terbaik dalam ikatan ukhuwah kita.
"In tanshurullaha yanshurkum wa yutsabbit aqdamakum"